f Pena: Media Darling, (Politik) Pencitraan, dan Redaktur Ganas (2 - habis)

Seorang teman pada saya mengatakan, per kosa kata...per budak pena.

Selasa, 28 April 2015

Media Darling, (Politik) Pencitraan, dan Redaktur Ganas (2 - habis)

Satu lagi yang menarik yang akhirnya saya putuskan saya perpanjang: Pencitraan.

Karena saya “perpanjang” maka tulisan ini saya jadikan sambungan yang sebelumnya (silakan baca di sini: https://www.facebook.com/notes/febrina-puspa/media-darling-politik-pencitraan-dan-redaktur-ganas-1/10152836301271011?pnref=story).

Sekali lagi, saya usahakan objektif, walaupun tulisan ini adalah opini. Opini karena terlalu banyak “saya”. Iya, kata “saya”. Nah, kan bertambah lagi kata “saya”-nya. Coba deh hitung ada 8 kata “saya”, eh sekarang 9. “Saya” tidak akan menyebutkan kata “saya”nya supaya tidak bertambah. Wadduh, dan sudah saya sebutkan..hahah. Berarti sekarang sudah 11, titik.

Kali ini, contoh individunya saya putuskan meluas, lebih dari satu dan representatif. Berasal dari empat arah mata angin, Utara-Selatan-Barat-Timur. Tujuannya, tak lain agar semakin objektif. Semoga.

Bismillah, kalimat keempat belas berikut saya buka dengan:

Kalau benar, bukan pencitraan, kenapa segala hewan peliharaan kodok yang masuk istana bisa jadi berita. (kalimat ke-14)

Naik pesawat kelas ekonomi doang TV-TV langsung heboh. Ya, naik ojek lah, naik ini, naik itu. Yang begini lah, begitu lah. (ke-15)

Dan sebagainya, dan sebagainya.. (ke- …, silakan mulai hitung sendiri ini jumlah kalimat ke berapa)

***


Untuk halaman-halaman pada media cetak label Jawa Pos Grup, normalnya terdiri dari beberapa macam berita. Berita utama, anak berita, berita kirian, berita biasa, dan kaki atau feature atau tipe berita ringan.

Saya kira media cetak lain juga demikian.

Khusus untuk berita kaki, sering kali yang menjadi peliputnya adalah pewarta wanita. Pewarta wanita, bukan pewarti atau purwanto.

Sebab, secara umum gaya penulisan wanita dianggap melambai-lambai, sepoi-sepoi. Cocok untuk gaya penulisan pada berita ringan.

Berita ringan sering dianggap wajib ada. Oleh karenanya, tidak heran jika kadang ada yang disebut “pewarta spesialis feature”.

Apa isi berita feature, seberapa berbeda dengan berita lain..

Berita ini terkait berita yang memiliki human interest berlebih. Berita yang jauh dari carut-marut perpolitikan, pastinya. Menyangkut sisi lain figur tertentu, atau terkait hobi yang unik, pencapaian prestasi, dan sejenisnya.

Dari penjelasan saya di atas, ada dua hal yang berbeda tentang alasan berita feature dibuat. Pertama, berita feature tentang sisi lain seorang figur publik. Kedua, sisi lain yang unik dari seseorang –entah siapa.


Saya jelaskan. Pertama, jika seorang yang “sudah terkenal” dalam bidang tertentu, ternyata dia punya kegiatan lain, hobi lain yang berbeda bahkan bertolak belakang dari penyebab dia terkenal. Yang seperti ini layak jadi feature atau berita kaki alias ringan.

“Presiden AS kulit hitam pertama ternyata punya satu lemari koleksi boneka Barbie”. Ini contoh sisi lain seorang public figure. Tambahan, ini hanya contoh mengada-ada saja yang saya paparkan.

Kedua, tepian sepanjang jalan di depan Pasar Sepinggan selalu dipenuhi bunga tulip.

Ini contoh kedua yang bertolak belakang dari yang pertama.

Nah, sekarang saya mau kembali menyimpulkan mulai dari tulisan pertama hingga tulisan kedua yang kita sekalian dan Anda sedang baca ini.


Redaktur ganas – media darling

Berita ringan – syarat keberadaan feature


Sebagai penutup, saya ulangi, bahwa tulisan saya ini sebagai media berbagi tentang apa yang saya pahami. Tidak merasa lebih tahu, apalagi lebih pintar. Semoga semakin luas, pemikiran kita bersama-sama. Jangan sempit.

Penghitung kata “saya” mencatat, ada 90 kata “saya” yang tertulis di sini. Eh tidak, ada 91 kata “saya”. Aih, 92 deh.

Dan untuk benar-benar menutup, yang ke-92 adalah kata “####”(*) yang terakhir.


Sekian.




(*)the word censored.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar