f Pena: Analogi Cinta: Lagu - Pria

Seorang teman pada saya mengatakan, per kosa kata...per budak pena.

Kamis, 11 Juni 2015

Analogi Cinta: Lagu - Pria

Suatu hari, adalah hari ini, saya jadi berpikir bagaimana saya bisa jatuh cinta pada sebuah lagu.
Saya mulai berpikir, merenungi, dan merasa sebagai “bukan ide buruk” untuk mempelajari cara saya jatuh cinta pada sebuah lagu.

Wkwkw

Wkwk..bukan bunyi bebek, melainkan ekspresi menertawai diri sendiri.
Cuma, pada sebuah lagu, setelah saya dengar berkali-kali, beberapa hari, hingga beberapa minggu, akan ada satu titik akhir. Yaitu “jenuh”.

Saya kira, titik itu cukup berbahaya jika terjadi pada diri saya kepada seorang pria yang belum saya temui karena jauh di sana.

Di tempat saya “paling banyak” menghabiskan kuota waktu yang hanya 24 jam dalam sehari itu, saya termasuk yang paling Tue (Maksud saya TUA).

Sangat jauh berbeda dengan lingkungan-lingkungan saya sebelumnya. Yang mana saya selalu yang terbrondong. Lantaran saya yang masuk sekolah dengan usia yang lebih cepat dari semestinya.

Bahwa gelar terbrondong telah berubah kasta menjadi sebaliknya ini menuai fakta baru yang pantas digelari pada diri saya ini.

Fakta bahwa saya masih jomblo selama
hampir 5 tahun…Ups!

Mungkin rasanya, seperti ketika Zainuddin sedang curhat kepada Hayati di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wick. Curhat bahwa di Kota Daeng Makassar, ia dijuluki sebagai orang Padang, Sementara saat berada di Tanah Minang tersebut, ia juga tak diakui, hanya dianggap sebagai pendatang dari Makassar. Mungkin.

Di sini, , ,  Saya katakan dan saya tegaskan, bahwa saya tidak merasa bangga dengan status itu, tidak pula berkecil hati.

Kejombloan yang kata sebagian orang telah masuk level “ngenes” ini adalah sebuah prinsip yang pernah saya ikrarkan dengan sesungguh-sungguh dan setulus-tulusnya sejak terakhir saya berpacaran secara tidak halal kala itu. Yang berpegang-pegangan tangan di tepi pantai serta berbonceng-boncengan di atas motor yang posisi duduknya sangat tidak mempertimbangkan posisi tulang punggung yang sehat (versi saya). Sebatas itu, ketika itu.

Dari semua-semuanya yang saya tulis di atas, atas berbagai literatur terpercaya yang saya percayai,
bahwa Jodoh adalah bagian dari Takdir dan keep fighto!

“Life is all about the smile when u want to smile”

Keep Smile :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar