f Pena: Nasihat (Level) Mapan

Seorang teman pada saya mengatakan, per kosa kata...per budak pena.

Rabu, 24 Juni 2015

Nasihat (Level) Mapan

Di kantor, derajat nasihat termapan adalah ketika isi nasihat adalah kutipan “big-boss”.

Mendengar nasihat mapan di setiap rapat, diskusi-diskusi, dan pada momen lainnya, sering terasa “isis” alias ….sambil lalu berlalu.

Hingga beberapa waktu lalu, tidak sampai sebulan hitung ke belakang dari sekarang, seorang bagian penting dewan redaksi ber
komunikasi one by one dengan saya. Mengutip nasihat mapan yang berhenti “isis”. Nasihat berubah menjadi petuah:

“Menulis lah ketika otak di kepala mengatakan harus menulis. Artinya mengalir seperti air saja.”

Katanya, menulis perlu dilakukan. Jangan berhenti hanya karena malas. Pokoknya tulis apa saja yang ada di kepala yang kira-kira bermanfaat. Jangan berhenti. Berhenti menulis bisa “menumpulkan pena”.

Kemudian, sesaat saya menyangkal dalam hati. “Pak, yang saya rasakan sama tulisan saya adalah tajam. Sering beberapa waktu setelah saya baca ulang, saya sering mau muntah sendiri. Saya mesti rajin sensor kata, yakni kata –lebay--. Saya mesti rajin belajar menulis lagi. Belajar menulis dengan menulis. Belajar menulis dengan mengetik”

***

Bigboss kantor saya adalah DI. Saya tidak pernah bertemu langsung, apalagi bicara face to face. Padahal dalam beberapa kesempatan dia berkunjung ke Balikpapan. Tidak kenal saya sama sekali.

________________________________

Ditulis, 25 November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar