f Pena: Am-Nesia: Jilid 2

Seorang teman pada saya mengatakan, per kosa kata...per budak pena.

Kamis, 06 Agustus 2015

Am-Nesia: Jilid 2

Nesia, adalah nama salah satu murid saya di kelas English for kids level sekian beberapa tahun yang lalu. Dia begitu berkesan di ingatan, seorang siswi dengan tubuh kurus dan kecil namun lincahnya bukan main. Di antara semua temannya, dia lah yang saya rasa paling jauh melangkah kan kakinya di dalam ruang kelas pada setiap pertemuan. Ini saking hiperaktifnya Si Nesia ini. Dan setelah lama mengenal dia, saya akhirnya tahu ternyata dia memang seorang atlet sepatu roda yang tangguh level bahkan internasional.

Lalu saya mulai mengaitkannya sebagai hal "sebab-akibat". Ia lincah karena ia memang seorang atlet sepatu roda.

Tapi dari semua itu, yang bikin saya berkesan adalah ia sering sekali secara tiba-tiba mencium
pipi saya. Memang serius tiba-tiba, saya kira ini karena kelincahannya bersepatu roda, yang kadang secara mendadak Nesia muncul dari arah samping dan mengincar pipi saya. It was one of a very sweet moment, a moment when I was a teacher.
Dari NIESYA, bukan nama asli, selain itu siswi lincah ini memaksa seluruh kelas untuk menyebut Nesia dengan ejaan syahdu NIESYA...NIESYA


Ohya, satu lagi. Nesia bukan lah nama aslinya, dia hanya sangat suka dengan nama tersebut. Sehingga memaksa seluruh kelas hingga saya pun harus manut dengan memanggil nama itu…selain juga menjadi cara jitu saya sebagai guru untuk membimbing kemampuan berbahasa asingnya.

Setelah kata “Nesia”, lalu apa hal dengan “Am”?

Untuk tulisan di jilid ini, jawabanku adalah Tidak Ada. Tulisan kali ini tidak punya penjelasan untuk Am. Atau, supaya tetap bersolusi tanpa perlu pakai teknik “Adaptasi AMNESIA” yang tengah saya bahas ini… penjelasan Am kita kembalikan saja ke uraiannya sesuai jilid I. Yaitu singkatan dari Amerika. Haha.
 * * *

Terlalu sibuk atau terlalu banyak kegiatan bisa membuat Lupa. Saya yakin ini.
Seorang manusia normal, pada umumnya punya keterbatasan mengingat.
PASTI, sangat lah berbeda antara 2 orang berikut:

Pertama, orang baru di lingkungan super baru, dengan banyak hal yang harus diketahuinya, banyak hal yang harus diingatnya, dan dirinya dituntut hafal tanpa praktik atau tanpa bergelut langsung dengan hal yang dimaksud…dimana hal ini bisa disamakan seperti dia WAJIB menghafal mati sebuah buku berisi 21 halaman dalam semalam, yang mana lembar halaman berisi istilah-istilah khusus yang baru dan asing.

Selain wajib menghapal isi buku 21 halaman itu, dirinya juga di-push..ditekan dengan kerja di atas jam kerja normal internasional (8 jam). Yang mana, ini berarti ia kurang istirahat secara normal. Di mana, di sela-sela dia harus menghafal isi buku 21 halaman tersebut, dirinya juga dijejali dengan ragam tugas dengan dead-line ketat. (Dead = Mati, Line = Garis, Garis Kematian,  HAHAH *kidding)

Ditambah, asupan gizi yang kurang, karena tempat baru hanya menyediakan selera makanan yang berbeda dari yang biasa dia makan di lingkungan sebelumnya. Melengkapi nasibnya yang terlahir sebagai orang yang “kurang nafsu makan”. Ketersediaan sumber makanannya sangat hebat berpadu dengan “kurang nafsu makan” plus derita “mag” akutnya.

DIBANDING

Orang Kedua, yang sudah bertahan-tahun di tempat yang sama.    Rutinitas yang sama selama bertahan-tahun alias berpuluh-puluh bulan alias beribu-ribu hari. Banyaknya koneksi jika ada masalah. Banyaknya pengetahuan yang telah dia tahu seiring dengan “terlalu lamanya” dia di tempat yang sama. Juga, terkait asupan energi yang lancar, bahwa banyak tempat makanan yang dia paham. Pemahaman akibat pengalaman yang dilakukan berkali-kali. Dan lain sebagainya yang tidak kalah penting.
* * *

Jelas sangat berbeda antara kedua “Nasib” orang ini. “Nasib” yang membuat orang pertama dan orang kedua punya “DAYA Mengingat” jauh berbeda.

"Bukan kah Bisa Karena Biasa itu adalah BIASA,  dibanding,  Bisa bukan karena biasa sebab cerdas"
* * *

Inilah GONG kesimpulan saya di tulisan Am-Nesia kali ini (Sepertinya saya cocok jadi HOST…hahhh).
* * *

Di kantor saya yang sekarang, saya disebut pikun-pelupa is OK, disebut penyakitan is OK, disebut anak-kosan is RIGHT, disebut lambat loading is OK, disebut budek karena sedang konsen dengan satu hal lain yang lebih penting is OK, disebut nama sambil ditertawai is OK.
Sebab saya punya “Adaptasi Amnesia” seharga Rp 1,6 juta.
* * *

Ditulis: 3 Juli 2015 dinihari (Tulisan bersambung se-waktu beruntun dengan tulisan jilid I-nya)

Saatnya…SAHURR…. Alhamdulillah.


*Quote: Seorang sahabat saya menasehatkan kepada saya berdasarkan sebuah hadits yang telah ia ketahui dan kala itu tengah saya pelajari. Kurang lebih berisi “Jangan lah engkau menyebarkan keburukan yang engkau miliki sendiri padahal Allah sudah melindungi dengan menutup-nutupinya dari orang yang lain”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar