Nesia,
adalah nama salah satu murid saya di kelas English for kids level sekian
beberapa tahun yang lalu. Dia begitu berkesan di ingatan, seorang siswi dengan
tubuh kurus dan kecil namun lincahnya bukan main. Di antara semua temannya, dia
lah yang saya rasa paling jauh melangkah kan kakinya di dalam ruang kelas pada setiap pertemuan. Ini
saking hiperaktifnya Si Nesia ini. Dan setelah lama mengenal dia, saya akhirnya tahu ternyata dia memang seorang atlet sepatu
roda yang tangguh level bahkan internasional.
Lalu saya mulai mengaitkannya sebagai hal "sebab-akibat". Ia lincah karena ia memang seorang atlet sepatu roda.
Ohya, satu lagi. Nesia bukan lah nama aslinya, dia hanya sangat suka dengan nama tersebut. Sehingga memaksa seluruh kelas hingga saya pun harus manut dengan memanggil nama itu…selain juga menjadi cara jitu saya sebagai guru untuk membimbing kemampuan berbahasa asingnya.
"Bukan kah Bisa Karena Biasa itu adalah BIASA, dibanding, Bisa bukan karena biasa sebab cerdas"
Saatnya…SAHURR…. Alhamdulillah.
*Quote: Seorang sahabat saya menasehatkan kepada saya berdasarkan sebuah hadits yang telah ia ketahui dan kala itu tengah saya pelajari. Kurang lebih berisi “Jangan lah engkau menyebarkan keburukan yang engkau miliki sendiri padahal Allah sudah melindungi dengan menutup-nutupinya dari orang yang lain”
Lalu saya mulai mengaitkannya sebagai hal "sebab-akibat". Ia lincah karena ia memang seorang atlet sepatu roda.
Tapi dari
semua itu, yang bikin saya berkesan adalah ia sering sekali secara tiba-tiba
mencium
pipi saya. Memang serius tiba-tiba, saya kira ini karena kelincahannya
bersepatu roda, yang kadang secara mendadak Nesia muncul dari arah samping dan
mengincar pipi saya. It was one of a very
sweet moment, a moment when I was a teacher.Dari NIESYA, bukan nama asli, selain itu siswi lincah ini memaksa seluruh kelas untuk menyebut Nesia dengan ejaan syahdu NIESYA...NIESYA |
Ohya, satu lagi. Nesia bukan lah nama aslinya, dia hanya sangat suka dengan nama tersebut. Sehingga memaksa seluruh kelas hingga saya pun harus manut dengan memanggil nama itu…selain juga menjadi cara jitu saya sebagai guru untuk membimbing kemampuan berbahasa asingnya.
Setelah
kata “Nesia”, lalu apa hal dengan “Am”?
Untuk
tulisan di jilid ini, jawabanku adalah Tidak Ada. Tulisan kali ini tidak punya
penjelasan untuk Am. Atau, supaya tetap bersolusi tanpa perlu pakai teknik “Adaptasi
AMNESIA” yang tengah saya bahas ini… penjelasan Am kita kembalikan saja ke
uraiannya sesuai jilid I. Yaitu singkatan dari Amerika. Haha.
* * *
Terlalu
sibuk atau terlalu banyak kegiatan bisa membuat Lupa. Saya yakin ini.
Seorang
manusia normal, pada umumnya punya keterbatasan mengingat.
PASTI,
sangat lah berbeda antara 2 orang berikut:
Pertama,
orang baru di lingkungan super baru, dengan banyak hal yang harus diketahuinya,
banyak hal yang harus diingatnya, dan dirinya dituntut hafal tanpa praktik atau
tanpa bergelut langsung dengan hal yang dimaksud…dimana hal ini bisa disamakan
seperti dia WAJIB menghafal mati sebuah buku berisi 21 halaman dalam semalam, yang mana lembar
halaman berisi istilah-istilah khusus yang baru dan asing.
Selain wajib
menghapal isi buku 21 halaman itu, dirinya juga di-push..ditekan dengan kerja
di atas jam kerja normal internasional (8 jam). Yang mana, ini berarti ia
kurang istirahat secara normal. Di mana, di sela-sela dia harus menghafal isi
buku 21 halaman tersebut, dirinya juga dijejali dengan ragam tugas dengan dead-line ketat. (Dead = Mati, Line =
Garis, Garis Kematian, HAHAH *kidding)
Ditambah,
asupan gizi yang kurang, karena tempat baru hanya menyediakan selera makanan
yang berbeda dari yang biasa dia makan di lingkungan sebelumnya. Melengkapi
nasibnya yang terlahir sebagai orang yang “kurang nafsu makan”. Ketersediaan
sumber makanannya sangat hebat berpadu dengan “kurang nafsu makan” plus derita “mag”
akutnya.
DIBANDING
Orang
Kedua, yang sudah bertahan-tahun di tempat yang sama. Rutinitas yang sama selama bertahan-tahun
alias berpuluh-puluh bulan alias beribu-ribu hari. Banyaknya koneksi jika ada
masalah. Banyaknya pengetahuan yang telah dia tahu seiring dengan “terlalu
lamanya” dia di tempat yang sama. Juga, terkait asupan energi yang lancar,
bahwa banyak tempat makanan yang dia paham. Pemahaman akibat pengalaman yang dilakukan
berkali-kali. Dan lain sebagainya yang tidak kalah penting.
* * *
Jelas
sangat berbeda antara kedua “Nasib” orang ini. “Nasib” yang membuat orang
pertama dan orang kedua punya “DAYA Mengingat” jauh berbeda.
"Bukan kah Bisa Karena Biasa itu adalah BIASA, dibanding, Bisa bukan karena biasa sebab cerdas"
* * *
Inilah GONG
kesimpulan saya di tulisan Am-Nesia kali ini (Sepertinya saya cocok jadi HOST…hahhh).
* * *
Di kantor
saya yang sekarang, saya disebut pikun-pelupa is OK, disebut penyakitan is OK,
disebut anak-kosan is RIGHT, disebut lambat loading is OK, disebut budek karena
sedang konsen dengan satu hal lain yang lebih penting is OK, disebut nama
sambil ditertawai is OK.
Sebab saya
punya “Adaptasi Amnesia” seharga Rp 1,6 juta.
* * *
Ditulis: 3
Juli 2015 dinihari (Tulisan bersambung se-waktu beruntun dengan tulisan jilid
I-nya)
Saatnya…SAHURR…. Alhamdulillah.
*Quote: Seorang sahabat saya menasehatkan kepada saya berdasarkan sebuah hadits yang telah ia ketahui dan kala itu tengah saya pelajari. Kurang lebih berisi “Jangan lah engkau menyebarkan keburukan yang engkau miliki sendiri padahal Allah sudah melindungi dengan menutup-nutupinya dari orang yang lain”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar